Edukasi -Dunia pendidikan Indonesia tengah menghadapi perubahan besar seiring berkembangnya teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Kehadiran AI kini tidak hanya sebatas alat bantu teknis, tetapi telah menjadi mitra strategis dalam proses belajar-mengajar mulai dari membantu guru menyusun materi, menilai hasil belajar, hingga mendampingi siswa secara personal sesuai kebutuhan mereka.

Perubahan ini sejalan dengan semangat Kurikulum Merdeka yang menekankan pembelajaran berdiferensiasi dan berpusat pada peserta didik.

AI sebagai Asisten Belajar Siswa

Bagi peserta didik, AI dapat menjadi asisten belajar digital yang siap membantu kapan pun dibutuhkan. Melalui platform seperti ChatGPT, Ruangguru AI, atau Google Gemini, siswa dapat bertanya, meminta penjelasan tambahan, hingga mendapatkan contoh soal dan pembahasan instan.
Misalnya, siswa yang kesulitan memahami konsep matematika dapat meminta AI menjelaskan langkah-langkahnya dengan cara yang lebih sederhana atau bahkan melalui simulasi visual.

Keunggulan lainnya, AI dapat menyesuaikan materi sesuai tingkat kemampuan siswa. Jika seorang siswa sudah mahir dalam topik tertentu, AI akan memberikan soal dengan tingkat kesulitan lebih tinggi. Sebaliknya, jika masih kesulitan, AI akan mengulang penjelasan dengan pendekatan berbeda.
Dengan demikian, AI membantu menciptakan pembelajaran yang lebih adaptif dan inklusif, sesuai semangat “merdeka belajar”.

AI Membantu Guru dalam Penyusunan Materi

Guru tetap menjadi pusat pembelajaran, tetapi AI dapat membantu mengurangi beban teknis mereka. Misalnya, AI dapat digunakan untuk:

Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara cepat berdasarkan capaian pembelajaran Kurikulum Merdeka.

Membuat bahan ajar digital yang menarik dengan visual, kuis interaktif, dan media pendukung lainnya.

Membantu guru menemukan strategi pembelajaran kreatif berdasarkan karakteristik siswa.

Dengan bantuan AI, guru tidak perlu memulai dari nol. Waktu yang biasanya habis untuk menyiapkan administrasi bisa dialihkan untuk berinteraksi langsung dengan siswa, melakukan pendampingan, dan mengembangkan karakter peserta didik.

Namun, guru tetap berperan sebagai kurator dan pengarah. Artinya, hasil kerja AI perlu diseleksi agar sesuai konteks budaya, nilai-nilai Pancasila, dan tujuan pendidikan nasional.

AI dalam Penilaian Otomatis dan Umpan Balik

Penilaian sering menjadi tugas paling memakan waktu bagi guru. Dengan sistem AI, proses ini bisa dilakukan secara otomatis dan cepat, terutama untuk soal objektif seperti pilihan ganda atau isian singkat.

Beberapa platform bahkan telah mampu menilai jawaban esai dengan mempertimbangkan isi, struktur logika, dan tata bahasa.

Selain itu, AI juga dapat memberikan umpan balik (feedback) langsung kepada siswa. Contohnya, sistem dapat memberitahu kesalahan umum yang dilakukan siswa, memberikan saran perbaikan, atau merekomendasikan materi tambahan yang perlu dipelajari.
Dengan cara ini, siswa dapat belajar lebih mandiri tanpa harus selalu menunggu penjelasan guru.

AI dan Personalisasi Pembelajaran

Salah satu keunggulan terbesar AI adalah kemampuannya melakukan personalisasi pembelajaran. AI dapat menganalisis data hasil belajar, minat, dan gaya belajar siswa, lalu menyesuaikan metode belajar yang paling efektif untuk masing-masing individu. Misalnya:

  1. Siswa dengan gaya belajar visual akan lebih banyak menerima gambar, video, atau simulasi.
  2. Siswa auditori akan mendapat penjelasan berupa narasi atau rekaman suara.
  3. Siswa kinestetik bisa diarahkan untuk praktik langsung atau bermain peran.

Pendekatan ini sejalan dengan prinsip pembelajaran berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka — memberikan ruang bagi setiap siswa untuk tumbuh sesuai potensi dan kecepatannya sendiri.

Tantangan Penggunaan AI di Sekolah

Meski menjanjikan, penerapan AI di sekolah-sekolah Indonesia tidak lepas dari sejumlah tantangan:

  1. Kesenjangan infrastruktur digital, terutama di daerah terpencil yang belum memiliki akses internet stabil.
  2. Kesiapan guru dan tenaga pendidik dalam memahami serta memanfaatkan teknologi AI.
  3. Etika penggunaan AI, seperti risiko plagiarisme, ketergantungan berlebihan, dan keaslian hasil belajar siswa.
  4. Perlindungan data pribadi, karena AI mengolah informasi siswa yang bersifat sensitif.

Oleh sebab itu, penting bagi sekolah dan pemerintah untuk menyusun panduan penggunaan AI secara etis dan aman, sekaligus memperkuat literasi digital guru dan siswa.

AI sebagai Mitra, Bukan Pengganti Guru

Perlu ditegaskan bahwa AI tidak akan pernah menggantikan peran guru. AI hanya berfungsi sebagai alat bantu dan mitra kerja yang membantu meningkatkan efisiensi dan kualitas pembelajaran.

Guru tetap memiliki peran yang tidak tergantikan dalam menanamkan nilai, membentuk karakter, serta membimbing dengan empati dan keteladanan.

Kecerdasan buatan membuka peluang besar bagi dunia pendidikan Indonesia untuk bertransformasi menuju sistem pembelajaran yang lebih adaptif, efisien, dan berpusat pada peserta didik.
Namun, keberhasilan penerapannya tidak bergantung pada teknologi semata, melainkan pada kecerdasan manusia dalam menggunakannya secara bijak.
Jika AI digunakan dengan benar untuk memperkuat kreativitas, kemandirian, dan kolaborasi maka pendidikan Indonesia akan semakin siap melahirkan generasi pembelajar sepanjang hayat yang cerdas secara intelektual, emosional, dan moral.